Saturday, March 22, 2008 |
Belajar membaca, membaca, membaca... |
"Coba kamu buat buletin semacam ini. Kan kau pintar menulis!" Pujian di kalimat terakhir yang ia ucapkan ku tahu pasti untuk membesarkan hati. Trik yang biasa ia gunakan, selubung akan tugas. Ku yakin tak satu pun ia pernah membaca tulisan saya (karena memang saya belum pernah menghasilkan tulisan yang dapat di baca oleh orang banyak, selain blog pribadi ini), sehingga berlebihan jika ia menyimpulkan saya pandai menulis. Apapun "pujiannya" tugas harus diselesaikan. Buletin, demikian ia mengatakannya. Tapi dari beberapa lembar kertas yang ia berikan sebagai contoh, lebih tepat jika saya katakan sebagai leaflet atau brosur. Leaflet perkenalan akan NGO yang ia komandoi dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Tenggat waktu dua pekan yang ia tolerir untuk menyelesaikan tugas tersebut, saya anggap lebih dari cukup. Pekerjaan yang mudah, paling hanya membutuhkan satu dua hari saja, pikirku selepas menerima tugasnya. Ternyata saya salah. Hingga jelang akhir waktu untuk turun cetak-perbanyak, saya belum juga bisa menyelesaikannya. Berkali-kali saya coba menyusun kalimat dan berkali-kali pula saya memblok susunan kalimat tersebut. Sekali tekan keypad delete, batal semua sudah. Stagnan. Deadline yang mendesak kian membuat saya mati akal. Pilihan tak bijak kulakukan, mengalihbahasakan contoh leaflet yang ada (lembar kertas yang ia berikan padaku sebagai contoh adalah leaflet NGO yang sama dari chapter negara lain), mengikuti pola isinya, dan dengan sedikit mempermanis tata letak desain dengan modal ilmu photoshop saya yang pas-pasan. Jadilah. (malu saya) Menulis. Awalnya kupikir mudah. Lewat blog saya memulai belajar menulis. Menyusun kalimat akan gagasan, ide, pikiran yang ada di kepala saya. Sejadinya saja. Dari blog pula saya mulai membaca tulisan-tulisan lainnya, dari halaman maya satu ke lainnya. Tertarik saya akan cara bertutur, alur yang tersusun rapi, pilihan kata yang tak membosankan. Jauh dari kesan kaku dan asal seperti tulisan saya di blog ini. Cemburu saya dibuatnya. Menulis. Ternyata tidaklah mudah. Begitu banyak alur kalimat yang melintas di dalam kepala namun hilang begitu coba menulisnya. Gagap. Blok. Menyerah. Dan halaman blog ini kosong. (iri saya tiap kali terhubung dengan dunia maya, menyambangi dan membaca tulisan-tulisan produktif mereka yang mampu memainkan emosi) Dan saya memilih membaca. Belajar membaca, membaca, membaca... Itu saja dulu. Lupakan menulis.
|
posted by adhip @ dalam hening kata, kala 4:33 PM |
|
|
|
|
|