___NyanYiaN PeRjaLanaN___
Tuesday, December 30, 2003
Jalinan silaturrahim dari lautan lepas

Sesuatu yang berhubungan dengan diri kita tentu saja akan menarik perhatian kita. Seperti halnya ketika berkunjung ke doneeh.com dan menemukan kata UNHAS dalam list members, sungguh menimbulkan rasa keingintahuan saya. Terlebih ketika melihat nama blog dan fahrie haris, kerinduan dan kebahagiaanlah yang menyeruak. Fahrie, seorang senior yang jaraknya terpisah enam tahun dengan saya. Saya masih mengingatnya ketika menonton kuis siapa berani beberapa tahun yang lalu. Sehari sebelumnya, telah berhembus berita dari bekasi tentang bakal penampilan senior-senior kami di kuis yang dipandu oleh helmi dan alya. Alhasil, pada hari H, terjadi sedikit kegaduhan di rs wahidin. Kami yang saat itu menjalani masa kepaniteraan klinik mencari tempat yang nyaman untuk melihat wajah-wajah senior kami tercinta. Dan delapan bulan yang lalu, saya sempat bertegursapa dengannya secara langsung. Walau hanya dua atau tiga kali pertemuan. Selanjutnya, yang terdengar beliau sudah berada di kalimantan lagi.

Berkunjung ke blog ini, meninggalkan jejak di tagboard dan email. Sebuah email balasanpun saya terima, dari k' fahrie tentang cikal bakal blog ini.

Ide weblog ini dari saya, pas kumpul-kumpul dengan accank 89, ichal 92 di kliniknya kak syamsul 86 di balikpapan. Biasa ji to, kalo kita kumpul-kumpul kalo bukan gossip moapa lagi? Tanya-tanya si Anu dimana mi sekarang, si Itu ngapain sekarang? Akhirnya terpikir daripada bergosip-gosip lokal kenapa arealnya tidak diperluas sekalian di dunia cyber.

Yap, sebuah blog yang secara cepat akan memutar ulang slide-slide memori kami akan suatu masa.

Obsesi dan kerinduan. Dua perasaan itulah yang menjadi trigger munculnya dottoro unhas online ini. Satu rumah maya yang semoga menjadi rumah singgah yang nyaman bagi katte-katte (saudara-saudara) sekalian, dottoro unhas yang sudah bergentayangan entah dimana.
Kunjunganta' apalagi tulisannta akan jadi tonikum bagi rumah singgah ini. Sekadar ngerumpi, kangen-kangenan, bernostalgia atau say "aga kareba" (apa kabar) saja. Ya, sesederhana itu saja mulanya. Mimpi kecil yang coba ditetaskan. Seperti itulah dottoro unhas online yang dilahirkan dari mimpi sederhana di Manggar, Balikpapan. Basecamp dottoro unhas selain jembatan dua Rawalumbu Bekasi.
Bagai buku kenangan, halaman satunya sudah dibuka dan dibaca. Mungkin keharuan membias atau juga memori yang diputar ulang lagi mengingat apa yang terjadi dulu di fakultas dan kampus tamalanrea. Jangan salahkan kalau ada pikiran membersit tanya, dimana dan bagaimana sibaco sekarang? sudah spesialiskah? sudah kawinmikah yanu? berapami anaknya? dan sekian tanya lain yang menggantung begitu saja. Kita boleh bermimpi besar kalau dottoro online ini bisa menjawab sebagian tanya itu, meski tidak semua. Tapi bukan hal yang mustahil.


Blog ini, sebuah rumah singgah maya yang dibangun di lautan lepas selat makassar. Diantara aroma lautan, debur ombak, kesibukan para engineer pengeboran minyak lepas pantai. Bermil-mil jauhnya dari daratan kalimantan. Membangun sebuah jalinan silaturrahim di antara simpul-simpul yang mulai merenggang. Makasih brothers.

PS : keep da good works brothers, tuk k' fahrie adami dd nya farel kak? Tuk k' accank maap nyomot postinganta', tuk k' rizal mmm sorry kalo kita dulu jadi praktikan yang kalasi' ;p

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 10:43 AM  
|
Monday, December 29, 2003
Nggak tau ngasih judul apa...

Ini cerita dari ibu angkat teman saya. Kami memanggilnya mama ukik. Ibu baik hati ini memulai perkenalannya dengan teman saya melalui chat room. Dalam perjalanan dinasnya ke papua, transit sementara waktu memenuhi permintaan teman untuk menghadiri prosesi penyumpahan dokternya. Cerita berikut saya usahakan apa adanya, tanpa tambahan bumbu lainnya. Tapi mungkin ada beberapa tuturkata yang berubah ataupun hilang, otak saya bukanlah pita rekam yang mampu mengulang semuanya secara sempurna.

“Sudah punya pacar belum?” Ia memulainya dengan sebuah pertanyaan. Yang ditanya malah cengengesan, sesekali melirik layar tv yang menayangkan cerita misteri.
“Kalau sudah punya, harus cepat beri kepastian.” Terhenti sejenak, ia menarik nafas. “Dulu, pacarku yang nyemangatin aku untuk ke jakarta. Katanya, aku harus bisa mandiri, memulainya dari awal. Pacarku itu kerjanya kontraktor, tapi tinggal di rumah kontrakan seadanya. Kamar-kamarnya di sewakan lagi. Katanya lagi, beginilah jakarta, harus bisa bertahan.” Ia tersenyum, lalu melanjutkan kembali ceritanya.
“Setelah berapa lama tinggal di jakarta, tidak kerasan. Pengen pulang ke surabaya saja. Tapi pacar bilang begini, kamu itu... enak, tinggal di rumah kakak kamu yang bisa dibilang serba ada, ayo, ngelamar kerja. Akhirnya aku ngelamar kerja (beliau bekerja di perpajakan hingga saat ini). Kloplah, aku jadi pegawai negeri, pacar di swasta.” Sekali lagi ia tersenyum, menghentikan ceritanya sejenak.
“Tapi selama pacaran 4 tahun, kalau di tanya kapan menikah, jawabannya tidak pernah serius. Di tempat kerja, aku kenalan dengan teman lain. Dia main ke rumah. Nanyain, sudah punya pacar belum? Lha, aku cuman bilang, tidak tahu mas, mau dibilang pacar atau bukan. Empat tahun jalan bareng, tapi tidak jelas mau kemana? Eeh... tidak disangka, temanku itu malah bilang begini, kamu mau nggak jadi istri saya, nanti bulan desember kita menikah (saat itu bulan juni). Ya aku kan kaget, wong dia itu orangnya pendiam, introvert, tidak suka jalan-jalan, nonton, tidak suka olahraga. Bertolak belakang dengan pacarku.” Kali ini ia tertawa.
“Setelah konsultasi dengan orangtua, akhirnya aku menyanggupi untuk menikah dengannya. Pacarku terang marah. Tapi aku bilang ke dia, lha kita jalan empat tahun tapi tidak jelas tujuannya. Dia baru serius sekarang, mau ngelamar saya tapi sudah kedahulauan. Eh... nggak taunya dia nyuruh keluarganya di kampung buat nyari calon istri. Aku juga agak sakit hati jadinya.” Cerita terhenti.
“Tapi aku dengan dia jadinya malah kayak saudaraan. Aku suruh dia datang ke rumah setelah aku menikah, dia datang. Aku kenalkan dia dengan suamiku. Sampai sekarang aku juga masih akrab dengan keluarganya.” Ia kembali tersenyum dan secara sukses membuat saya dan teman sebagai pendengar yang setia, tanpa suatu komentar.
"Oh, ya. Hal yang sama juga terjadi dengan temanku. Tapi dia tetap menikah dengan pacarnya."

Saya yang mendengar ceritanya cuma manggut-manggut. Benar nggak ya? Auk ahh... gelapzz.

PS: buat mama ukik, mohon maap kalau kemarin nggak sempat nemanin jalan-jalan, makasih sudah sharing cerita dan oleh-olehnya :)

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 9:34 AM  
|
Sunday, December 28, 2003
Congratz... friends

Hujan boleh jadi mengguyur terus menerus kota makassar, tapi hasrat memamahbiak siapa yang bisa membendung ;). Hari-hari belakangan ini, jadwal makan siang seperti teratur dari rumah satu ke rumah lain, wujud syukuran beberapa teman yang menyelesaikan masa perkuliahan. Wisuda baru saja diadakan kemarin, tapi pengambilan sumpah sudah berlangsung sepekan sebelumnya.
Sewaktu pengambilan sumpah, ikutan hadir. Dan secara sukarela menjadi fotographer amatir dadakan, tidak tanggung-tanggung, megang tiga kamera. Untung semuanya masih konvensional, bukan yang digital, lha kalau ini... olala... ketahuan gapteknya. Jeprat sana, jepret sini, dengan model yang itu-itu juga dan kostum yang seragam, kapan dong saya ke foto juga? Huhuhikshiks...

Hujan boleh saja mengguyur teus menerus kota makassar, tapi undangan makan siang pun berdatangan. Seperti terjadwal, jarang yang bertabrakan. Kalaupun ada hanya dua hari dengan dua tempat yang berbeda, tidak lebih. Istilah teman, makan nomor dua, nomor satunya berkumpul ramai-ramai. Kalau sudah kumpul begini, yang ada malah press confrence klarifikasi gosip teman-teman yang jadi korban, candaan dengan istilah yang hwalah upss...*disensor* Sejujurnya, saya tidak terlalu menyukainya, seperti membangkitan kesedihan akan sebuah perpisahan (tidakkah kalian merasakan hal yang sama? Atau tertutupi oleh euforia sesaat atas sebuah titel baru?). Si fulan akan pergi ke sana, si anu akan pergi jauh, si aco, becce ke tempat lain. Ah, suatu kesalahan pula bila saya memaksakan semuanya terus berkumpul. Kata orang di mana ada pertemuan akan ada perpisahan. Miss u much friends. Mohon maap bila selama perkawanan kita saya banyak berbuat salah. Semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan...

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 11:59 AM  
|
Thursday, December 25, 2003
Sepekan tanpa matahari

Sepekan sudah makassar tanpa rona jingga fajar dan senja. Yang ada hanya awan kelam dan tumpahan airnya, menutup bulatan matahari. Kemarin berita banjir jalur trans makassar - maros muncul di tv. Alhamdulillah, tempat tinggal saya masih aman-aman saja, padahal tahun-tahun sebelumnya baru hujan dua tiga hari saja air sudah memenuhi ruangan. Mungkin karena irigasi yang sudah cukup bagus. Tempat tinggal saya dulunya merupakan rawa-rawa yang ditimbun, dan sekarang tanah urukan semakin mengurangi daerah genangan air. Belum lagi anak sungai tello juga melintas dekat rumah. Kalau malam, harus waspada. Air pasang dari sungai tello ditambah dengan hujan deras paling sering menjadi penyebab banjir. Tadi saja, sewaktu melalui jembatan tello, sungai sudah meluap, menggenangi rumah di tepinya. Artinya, malam nanti dan berikutnya selama hujan harus terus waspada.
Kalau sudah hujan, bawaannya enakan mengeram di rumah saja, mau keluar malas. Pergi ke warnet harus pakai siasat, di antara jeda gerimis yang biasanya cuma bertahan 5 - 10 menit, pas sampai warnet baru deras lagi.

Kemarin, berita running text di tv juga mengabarkan harga cabai merah keriting yang melonjak drastis akibat banjir dan hujan. Justru sebaliknya, di musim penghujan begini, harga ikan bandeng di makassar akan murah. Maklum, daripada bandengnya berenang bebas keluar dari empang mengikuti aliran banjir, lebih baik dipanen lebih awal, meskipun masih cukup kecil. Nah, dingin-dingin begini, enaknya makan ikan bandeng bakar, pake sambal kacang ;) weks, tapi cabai merahnya... huhuhiks :(

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 5:05 PM  
|
Tuesday, December 23, 2003
Jakarta, jakarta

Maap nih mau minta tolong. Mumpung di jakarta ki'. Tolong cekkan SK ku di depkes lantai empat, kayaknya SK ku dari BKN tercecer di depkes, harusnya masuk ke KPKN V Jakarta. Tolong ya.

Pesan singkat yang masuk di ponsel teman. Siang itu, saya bersama teman ke depkes pusat di rasuna. Seorang senior lagi mengalami musibah, gaji CPNS selama beberapa bulan di Gorontalo belum cair-cair juga. Setelah berhasil ketemu, petugasnya memberi solusi singkat. "SK nya di fotokopi ulang saja. Terus di stempel di BKN. Biar cepat, baiknya mas langsung saja ke BKN lantai 8. Kalau sudah langsung kirim saja ke KPKN di Gorontalo. Bisa juga dari sini nanti yang ngantar ke BKN, tapi lambat. Minggu depan di cek ulang."
Dengan maksud supaya gajinya cepat cair, kami pilih bawa SK nya sendiri ke gedung BKN. "Gedungnya di MT Haryono, tinggi besar. Nanti di depan nyeberang jalan terus ambil bis P11, turun pas depan BKN." Maklum, udik. Nggak tau bagaimana caranya nyampe ke BKN.
Di atas P11 sepanjang MT Haryono, sambil ngobrol clingakclinguk nyari gedung yang berjudul BKN. Mau nanya, rada jaim :p. Akhirnya nanya sama kenek bis nya, "Bang, gedung BKN di MT Haryono di mana ya?"
"Gedung BKN sudah pindah di permata, kalau gedung lamanya di depan." Weks, permata, ini nama jalan atau daerah ya? Mau lanjut nanya tapi masih jaim juga, dudulz deh saya. "Kalau begitu turunin di gedung lamanya saja ya bang!"

Turun dari P11, memang ada gedung tinggi besar, tapi tidak ada sama sekali tanda-tanda kalau gedung itu dulunya BKN. Bengong. Nanya ke supir taksi yang kongkowkongkow di halte. "Pak,gedung BKN di mana ya?"
"BAKN atau BKKBN?" BKN dengan BAKN sama tidak ya?
"BKN, badan kepegawaian negara. Katanya di MT Haryono."
"Kalau gedung BAKN di halim." Hwalah, di mana lagi itu pak? "Naik mayasari saja, turun di cawang, terus naik ojek."

Sampai di cawang, masih bengong juga. Nanya sama pak polisi, walau radarada cemas kalau saja di minta ktp, maklum lagi banyak sweeping ktp. "Nyeberang saja, terus naik mikrolet ke cililitan." Olala, tambah bengong. Sampai di seberang, gabung dengan sekumpulan manusia yang lagi nunggu transport. Tidak lama, bis ke cikarang nongol, langsung naik. Duh kakak, kita mau minta maap, belum apa-apa sudah nyerah. Tapi, besok SK nya dibalikin ke depkes lagi, biar nanti orang depkes yang ngirim ke BKN. Sabar lagi ya kak, gajinya belum bisa cepat cair. Sorry, sorry sister.
Ah, jakarta. Sudah berapa banyak yang hilang di belantaramu?

Dan ternyata, BAKN sudah berganti nama menjadi BKN, dan memang berlokasi tidak jauh dari cawang, bukan di MT Haryono. Petugas depkes tadi dudulz, ngasih alamat dan jalur yang salah :(

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 9:59 AM  
|
Saturday, December 20, 2003
Northface ala PIK

Selagi di bekasi kemaren, teman-teman pada nitip dibelikan pakaian lapangan merek The North Face. Merek satu ini sepertinya jadi idola teman-teman di kampus. Tidak baju, ransel, jaket, atau celana panjang, kalau ke kampus selalu saja barang berlabel the north face berseliweran. Walhasil, demi memenuhi hasrat para pecinta north face, meluncurlah saya ke PIK (perkampungan industri kecil) di bilangan cakung. Bingung kenapa cakung? Iyalah, kalau mau nyari north face asli harganya pasti beda jauh (kalau ngebuka webnya, dealer untuk indonesia ternyata belum ada). Lagian teman-teman ngasih petunjuknya ke tempat tersebut, north face produksi lokal, home made.

Kalau mau ngiderin perkampungan ini, bakal nemu rumah-rumah dengan sekumpulan pekerja yang sibuk membuat pola, menggunting atau menjahit. Tidak hanya produk north face yang ditiru, sepatu dan tas dengan merk ternama juga ada. Harganya jelas murah. Produk-produk north face yang beredar di makassar pun ngambil dari sini, harganya bisa naik 50-100%. Melihat kualitas dari produk tiruan ini lumayan juga. Sayang, kenapa tidak pakai merk sendiri, bukan ngebajak. Apa karena faktor kurang modal dan keberanian atau sifat konsumen yang melihat merk? Ada yang tahu jawabannya?

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 4:36 PM  
|
Wednesday, December 10, 2003
Mimpi naik haji

Meskipun dari region sulawesi-kalimantan-maluku-papua cuma dua yang dapat dan secara teori peluang kemungkinannya kecil sekali, tidak ada salahnya mencoba. Walaupun yang pertama gagal, malah dapat surat penipuan, tidak ada salahnya di coba lagi. Sekarang juga lagi ramai-ramainya isu mafia haji, sogok menyogok buat mendapatkan jatah quota onh plus buat agen-agen perjalanan haji, sebodoh amat, barangkali saja dapat rejeki, menang undian, tidak bayar pajak undian segala, nikmatin rasanya naik haji :)

Pernah lihat iklannya kan di beberapa media cetak dan elektronik? Spanduk-spanduk kecil bergambar suami istri berpakaian ihram di atas permadani terbang juga sering terlihat di warung-warung. Yap, susu kental manis frissian flag atau yang lebih terkenal dengan sebutan susu bendera lagi mengadakan undian onh buat tahun 2005 nanti. Ini untuk kedua kalinya, dan tahun lalu pun saya ikut mengirim. Tapi sayang belum beruntung :( malah dapat surat penipuan. Surat penipuannya terbilang profesional, pakai kertas kop susu bendera, pakai nama notaris, alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi (pasti palsuu...) dan lucunya lagi, juga dilampirkan potongan kertas undian susu bendera yang saya isi. Heran, kok bisa ya sampai ke tangan penipu ini. Apa pas diposkan, undiannya tidak sampai (kalau skenario ini yang terjadi, peluangnya sama sekali tidak ada lah). Atau pihak susu benderanya yang tidak memusnahkan secara baik potongan-potongan kertas undian secara baik (weks, ceroboh bangat). Kacian deh lo tukang tipu, nggak berhasil mo nipu gue. Bagaimana mau ketipu, sudah jelas hadiah utamanya naik haji, ini malah diganti dengan duit 250juta, terus dijelaskan kalau penarikan undian dilakukan bulan september. Lha wong pas bulan maret sudah mlototin nama-nama pemenang undian, dan menangis darahpun nama saya tidak bakalan nongol. Dasar tukang tipu.

Kira-kira penarikan undian nanti dapat tidak ya? Eh, pada ikutan undian juga tidak? Batas pengerimannya sampai tanggal 20 desember, cap pos. Barangkali saja bisa naik haji ramai-ramai :D

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 8:57 PM  
|
Friday, December 05, 2003
Perahu

"Mas, nanti nyebrang saja, terus ikutan jalan itu. Nanti nemu perahunya!"
Perahu? iya, perahu penyeberangan. Pulang dari warnet di simpang tiga semarang, tidak tau jalan balik ke rumah di pamularsih (berangkat didrop sama bokap yang ngantor). Waktu sopir angkot jurusan johar-sampangan nyampein nanti harus nyeberang kali pakai perahu buat ganti angkot lagi, rada-rada surprised (namanya kali garang, hwalah kok sangar yak). Ngebayangin perahunya nanti seperti apa, rakit ato sampan, terus kalinya dalam ato nggak (soalnya nggak bisa berenang, kalo kecebur...*byur* basah lah :D ) Seumur-umur, belum pernah namanya naik perahu penyeberangan.

Dari arah jalan gunung kelud menuju tempat perahunya nyandar, melewati jalan setapak yang di musim hujan begini agak becek, ngelewatin beberapa rumah, sunyi. Rumpun bambu di sisi kanan, ilalang sepinggang, lahan bekas pembuatan batu bata seta kebun kecil tanaman kemangi. Sepanjang setapak ada kali kecil yang bermuara di kali garang. Dari setapak menuju titian bambu tempat perahu nyandar, menurunin undakan-undakan yang tersemen rapih.

Kali garang sendiri lebarnya tidak seberapa, sekitar 7-8 meter, berarus pelan warna coklat keruh. dalamnya mungkin tidak mencapai 1 meter (waktu itu, ada dua anak laki-laki seumuran smp lagi asyik nyebur).
Perahunya terbuat dari kayu, panjang dan lebar empat dan dua meter. Kedua sisi tepi bagian tengah perahu terdapat masing-masing dua buah tiang yang beratapkan seng, buat berteduh. Di satu sisi pada kedua tiang terdapat katrol yang terhubung dengan tambang besi yang melintasi lebar kali garang dan terikat kuat pada dua pokok di bantaran kali, sehingga perahu tidak akan terbawa arus. Tambang tinggal ditarik dan perahupun menyeberang, tentunya lebih ringan dengan bantuan katrol.

Juru perahunya, lelaki sepuh, namun tangannya masih kokoh mencengkeram tambang. Iseng, saya nanya penghasilan sehari bisa dapat berapa. Yang ditanya malah bingung, terus senyum, "menopo mas?"
"Sehari bisa dapat berapa pak?" mengulang pertanyaan. Lagi-lagi ia cuma tersenyum lalu diam. Ah, ini bapak nggak tau ngomong indonesia kali, atau malu-malu nyebutin penghasilannya. Salah saya sendiri sih, tidak ada angin tidak ada hujan langsung nanya penghasilan. Mestinya pake basabasi dulu kali yak? nanya sudah berapa lama kerja gini, banyak ato tidak orang yang make jasa perahunya, bukan langsung nanya jumlah nominal *pletak* :p
Mungkin tidak perlu biaya yang bejibun untuk membuat titian bambu sederhana yang menghubungkan kedua bantaran kali garang. Tapi tidak adanya titian bambu itu merupakan rezeki bagi si juru perahu sepuh itu. Sebagai apakah ia kelak bila di tempat tersebut berdiri jembatan yang kokoh?
Perahu menepi, kepingan logam berlomba masuk ke dalam kaleng plastik bekas sabun colek ukuran besar. Menghadirkan irama gemerincing penuh senyum.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 10:33 AM  
|
Tuesday, December 02, 2003
Si mbah uti...

Sudah tradisi lah kalo lebaran bawaannya kumpul ke rumah orang tua. Lebaran kali ini juga begitu tapi sebenarnya sih, lebaran pertama dilewatin di cikarang, di rumah kakak saya yang sebulan lalu ngelahirin putra keduanya. Lucu juga tu keponakan, beratnya waktu lahir empat koma dua kilo dengan panjang limapuluh senti. Kebayangkan susahnya waktu nongol, eh mungkin ni kakak kuwalat kali :p soalnya dia suka ngajarin putri pertamanya manggil ke saya om gajah (maklum, sesuai bodi ;) heheheu...). Hari ketiganya baru ke rumah si mbah uti (emaknya bokap) di brebes, beliau satu-satunya mbah yang masih ada dari keluarga saya. Berangkat dari cikarang, malam hari naik travel ke semarang, sampe jam setengah tiga dinihari. Bingung kan, padahal brebes dilewati, keputusan ini diambil soalnya bokap ngotot ditemanin buat ngambil mobil di semarang, pagi-pagi baru ke brebes, hwalah badan pegel semua ngantuk lagi.

Di brebes ternyata keluarga masih rame, banyak yang kumpul. Setelah delapan taon, ini jadi lebaran saya yang ngumpul lagi bareng si mbah sama sepupu. Si mbah punya sepuluh putra putri (dua dah almarhum) jadi kebayangkan berapa banyak cucunya? Sekarang total sudah terkumpul tigadua cucu lapanbelas cicit :) hwakekek...rame kan.

Eh iya, postingan kali ini saya mo cerita sedikit tentang si mbah. Umur beliau sekarang sekitar lapanpuluhtigaan lah (maklum, si mbah nggak tau tanggal bulan dan taon lahirnya) jadi pake patokan umur bokap (anak tertuanya si mbah) ditambah duapuluh taon. Alhamdulillah, sampe sekarang fisiknya masih sehat, cuman satu saja keluhannya sampe sekarang yang nggak pernah hilang, sariawan!! Kalo lagi sariawan gini, tingkat cuapcuap si mbah bakal meningkat :) Padahal si mbah sampe sekarang masih suka ngerokok, djarum merah, untung sudah agak berkurang. Pernah dulu bokap ngasi si mbah djarum merah bejibun :( huhu... ini bokap malah ngajarin yang nggak bener. Yang lainnya lagi, si mbah kalo bepergian dengan mobil pasti nyuruh si sopir ngebut, mumet katanya kalo nyopirnya pelan. Bokap sama om dan tante yang lain pengennya si mbah di usianya yang sekarang seringsering jalanjalan nengok cucunya, nggak ngendon saja di rumahnya, tapi si mbah suka homesick. Baru ninggalin rumah dua hari saja pasti sudah pengen skali pulang. Pernah jalan-jalan ke makassar, dari yang rencananya seminggu terpaksa dipercepat cuman tiga hari gara-gara mikirin rumah terus. Padahal masih kangen nih...ape nak dikate.

Tapi si mbah paling sayang sama cucu-cucunya. Kalo lebaran, pasti semua kebagian pecingan. Lebaran pertama saya sama si mbah waktu masih kelas lima SD. Komunikasi jadi masalah, soalnya perbendaharaan bahasa indonesianya si mbah kurang banget, lha saya meski bokap nyokap jawa nggak bisa ngomong jawa, terpaksa nyokap jadi penerjemah. Lebaran taon berikutnya, saya sudah bisa pake bahasa jawa dikit (ngikut bokap tugas di cilacap selama lima taon). Jadinya kalo ngomong saya pake ngoko banyumasan dan si mbah ngomong pake aksen brebes-tegal, keknya lucu banget. Si mbah sih nggak peduli dengan unggahungguh, kalo ngomong ke yang lebih tua kudu make bahasa kromo inggil.

Kalo nginap di rumah si mbah, pagi-pagi sekali beliau sudah ngider nyariin kupat sayur ato kue lupis buat sarapan. Makan siang dan malam pasti kejamin. Si mbah bakalan ngomel-ngomel kalo makanan nggak dihabisin ato pas mo nyuci piringnya dan kalo nyapu bersihin rumah. Tapi kalo tetap dikerjakan di bawah omelan si mbah, nanti pas mo pamitan bakalan dikasi salam tempel yang gede :D hwakekekek...
Kadang-kadang si mbah suka jalan agak pincang dan rada-rada susah gitu, kalo ditanya sama anak-anaknya diam saja. Nanti pas dibilangin "mbah...bu aji siti nungguin di depan rumah mo ke mesjid" langsung deh si mbah dengan lincah berlari masuk kamar, ambil perlengkapan, buru-buru nyamperin bu aji siti. Namanya ibadah, kudu sregep ya mbah! Semoga Allah senantiasa merahmatinya.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 11:36 AM  
|
 
IntRo
selalu periksa keadaan batinmu
menggunakan Sang Raja dari hatimu
tembaga tidak pernah mengetahui dirinya tembaga
sebelum berubah menjadi emas
Matsnawi, Jallaluddin Rumi

DiRi
adhi/M/'79
-makassar-
menulis dan membingkai
pemimpi yang ingin mengenal tanah airnya lebih jauh
BaRugA MaKaSsaR

antarnisti
aes el barca
apiss
ardin
asri tadda
asrulsyam
batangase
blueveil
cikal61
Dg. Nuntung
dj di melbourne
essoweni
ichal
ichal di nangroe aceh darussalam
Ifool
imran
Irha
KotakJimpe
LelakiSenja
leo
mamie
nani
ntan
nyomnyom
Ocha
PasarCidu
Prof Mus
psycho-poet
pecandu buku
PuteE
RaRa
sukab
TalluRoda
TerbangBebas
Tri-Multiply
uchie


JenDeLa SapA

JenDeLa SaHabaT
i suppoRt
CataTaN SiLaM
KoTaK SiLaM
SeNanduNg
KeluArgA MayA
banner angingmammiri
BlogFam Community
BeruCaP TeRimaKasiH

Allah Maha Kuasa, pemberi hidup.
Ichal yang pertama kali memperkenalkanku pada dunia blog dan juga support plus kompienya yang siap diacak-acak,
BloggerCom buat layanan jasa gratisnya,
Isnaini.Com, buat script leotnya,
photobucket buat tempat menyimpan gambar dan foto,
dan juga karibku hitam abu - aswad - loboh yang senantiasa bersedia menjadi mata visual keduaku.

Affiliates
15n41n1